Senin, 09 Juli 2018

Keberkahan Air Zam - Zam


Zam-zam, Tiap Tetesnya Berlimpah Barakah
Oleh: Ustadz Mohammad Fauzil Adhim

Inilah air yang Allah Ta'ala beri kekhususan. Sesiapa hendak meminum air zam-zam, sepatutnya ia berdo'a memohon kepada Allah Ta'ala apa yang ia hajatkan. Bukan sekedar do'a mau minum. Bukan berarti airnya keramat, bukan pula mengandung kekuatan yang sangat dahsyat, tetapi semata karena Allah Ta'ala beri kekhususan. Kita sepenuhnya yakin kepada Allah Ta'ala, berbanyak minum karena kita beriman kepada yang menciptakan zam-zam. Dialah Rabbul 'Izzati, Allah Jalla wa 'Ala. Kekhususan ini sebagaimana yang Allah Ta'ala berikan kepada batu hitam (Hajarul Aswad) yang melekat pada Ka'bah.
Cukuplah kita merasa khawatir tergolong orang munafik jika kita enggan meminum zam-zam sehingga mengambil sangat sedikit, bahkan di saat Allah Ta'ala berikan keleluasaan untuk meminum yang banyak.

Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"إِنَّ آيَةً مَابَيْنَنَا وَبَيْنَ الْمُنَافِقِيْنَ أَنَّهُمْ لاَ يَتَضَلَّعُوْنَ مِنْ زَمْزَمَ."

“Sesungguhnya tanda antara kita dengan orang-orang munafik adalah bahwasanya mereka tidak memperbanyak minum air zamzam.” (HR. Ibnu, Daruquthni dan Al-Hakim).

Bagaimana bisa enggan meminum air zam-zam menjadi penanda adanya kemunafikan dalam diri kita?
Seorang yang sungguh-sungguh beriman akan benar-benar yakin dengan setiap keutamaan yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahkan mereka tak sedikit yang berusaha mencintai apa yang dicintai oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam, meskipun tidak ada perintah khusus untuk turut melakukannya. Misalnya, memakai parfum itu sunnah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyukai Kasturi dan 'Anbar, tetapi tidak ada perintah khusus agar kita memakai wewangian jenis itu. Seseorang yang amat sangat cintanya kepada Rasulullah, dapat mengingini dan mencintai wewangian tersebut meskipun belum mengetahui baunya. Bahkan ia tetap mencintai kedua jenis wewangian tersebut meskipun ia menemukan wewangian yang lebih harum, semata karena ia mencintai Rasulullah dan berusaha mencintai apa yang dicintai oleh orang yang ia cintai. Ini berbeda dengan orang yang mengingini wewangian tersebut karena ingin memperoleh manfaatnya yang ternyata memang sangat banyak.
Serupa dengan itu adalah mencium Hajar Aswad. Ia hanyalah batu hitam yang menempel pada Ka'bah. Semata karena taat dan cinta kepada Rasulullah shallaLLahu 'alaihi wa sallam sajalah maka kita menciumnya. Jika tidak bisa, maka kita mengusapnya dan jika mengusap pun tidak bisa, kita melambaikan tangan kepadanya. Ini bukan karena Hajar Aswad bertuah, tetapi semata karena kita ingin memperoleh barakah dari ketaatan serta cinta kepada Rasulullah shallaLLahu 'alaihi wa sallam. Maka hendaklah kita melakukannya dengan memperhatikan petunjuk beliau. Tidak melampaui batas. Tidak pula menjadikannya sebagai takaran diterima atau ditolaknya umrah maupun haji kita. Pun, kita tidak memaksakan diri (takalluf) dalam melakukan sehingga justru terjatuh pada perbuatan haram. Mencium Hajar Aswad itu sunnah, sementara menzalimi orang lain itu haram. Tetapi alangkah banyak orang yang menerjang keharaman demi mengejar yang sunnah. Padahal tidak mungkin perbuatan sunnah dan wajib itu saling bertentangan. Ia pasti sejalan.

Bagaimana dengan seseorang yang enggan meminum air zam-zam disebabkan tidak menyukai rasanya?
Justru itulah ia sepatutnya memperbanyak meminum air zam-zam sebagai ibadah. Bukan kebutuhan. Bukan pula memuaskan keinginan.
Kembali ke zam-zam. Apa faedah meminum air zam-zam?
Tergantung niatnya. Ia bisa menjadi sekedar pelepas dahaga saja. Ia pun dapat menjadi sarana untuk memperoleh keutamaan pada saat berdo'a, memohon kepada Allah Ta'ala.

Sebagaimana disebutkan dalam Irwaul Ghalil, terdapat hadis shahih dari Jabir dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَاءُ زَمْزَمَ لمِاَ شُرِبَ لَهُ
"Air Zam-zam, tergantung niat orang yang meminumnya." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Apakah itu berarti kita dapat menjadikannya sebagai obat? Ya, terutama ketika kita tidak menemukan obat untuk sakit kita. Apakah kita dapat mengambil barakahnya tatkala kita menghadapi masalah? Ya, tetapi yang harus kita ingat saat meminta jalan keluar kepada Allah Ta'ala tersebut adalah, air zam-zam tidak memiliki kekuatan. Kita melakukan sebagai perkara yang bersifat ta'abbudi, yakni karena ada perintah dan tuntunannya maka kita melakukan. Kita berdo'a saat meminum air zam-zam tersebut karena tahu bahwa ini di antara hal yang Allah Ta'ala sukai.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَاءُ زَمْزَمَ لمِاَ شُرِبَ لَهُ إِنْ شَرِبْتَهُ تَسْتَشْفِي شَفاَكَ الله ُوَإِنْ شَرِبْتَهُ لِشَبْعِكَ أَشْبَعَكَ الله ُوَإِنْ شَرِبْتَهُ لِقَطْعِ ظَمْئِكَ قَطَعَهُ اللهُ وَهِيَ هَزْمَةُ جِبْرَائِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَسُقْيَا اللهِ إسْمَاعِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
"Air Zam-zam sesuai dengan niat ketika meminumnya. Bila engkau meminumnya untuk obat, semoga Allah menyembuhkanmu. Bila engkau meminumnya untuk menghilangkan dahaga, semoga Allah menghilangkannya. Air Zam-zam adalah galian Jibril, dan curahan minum dari Allah kepada Ismail." (HR. Daruquthni dan Hakim).

Terkait tabarruk (meraih barakah) dengan air zam-zam untuk memohon pertolongan kepada Allah Ta'ala, mari kita perhatikan hadis dari Abi Thufail dari Ibnu Abbas, ia berkata:
سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ كُنَّا نُسَمِّيْهَا شَبَّاعَةً يَعْنِيْ زَمْزَمَ وَكُنَّا نَجِدُهَا نِعْمَ الْعَوْنُ عَلَى الْعِيَالِ
Saya mendengar Rasulullah bersabda, ”Kami menyebut air Zam-zam dengan syubba'ah (yang mengenyangkan). Dan kami juga mendapatkan, air Zam-zam adalah sebaik-baik pertolongan (kebutuhan atas kemiskinan)." (HR Thabarani).

Lalu apa do'anya? Terserah apa yang ingin kita mohonkan. Di antara riwayat shahih tentang ini adalah do'a yang biasa dibaca oleh Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu setiap kali meminum air zam-zam:
اللهم إني أسألك علماً نافعاً، ورزقاً واسعاً، وشفاءً من كل داء
"Ya Allah aku memohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang luas, dan kesembuhan dari segala macam penyakit.“

Demikian Ad-Daruquthni meriwayatkan. Do'a ini memohon tiga hal penting. Pertama, ilmu yang manfaat, yakni ilmu yang menjadikan seseorang bertambah kebaikannya dan berguna ilmunya. Betapa banyak orang yang semakin bertambah ilmunya, bertambah pula keburukannya. Kadang bahkan dua keadaan ia hadapi sekaligus, yakni buruknya diri dan tidak bergunanya ilmu yang dipelajari bagi kehidupan, pun bagi kemanfaatan orang lain. Kedua, rezeki yang luas, yakni rezeki yang membawa kecukupan; memudahkan pemiliknya untuk membelanjakan dalam rangka memenuhi kebutuhan maupun melakukan kebaikan. Betapa banyak orang yang dilimpahi banyak rezeki, tetapi hidupnya sempit. Adapun seseorang yang adakalanya mengalami kesempitan rezeki, maka kita perlu bedakan antara orang yang sedang diberi ujian dan yang disempitkan rezekinya. Ketiga, memohon kesembuhan dari berbagai penyakit. Apakah ini hanya kita mohonkan saat sakit? Tidak. Ada orang yang dalam dirinya ada penyakit, tetapi tidak tampak. Tahu-tahu ia mendapati dirinya menginap penyakit yang sudah mengkhawatirkan. Maka memohon disembuhkan dari segala penyakit berarti memohon pula disembuhkan dari penyakit yang mulai menyerang, tetapi tidak tampak penyakitnya. Kita juga memohon 'afiyah, yakni keadaan sehat dan sekaligus terjauhkan dari potensi penyakit yang merusak. Memohon kesembuhan dari beragam penyakit juga bermakna memohon disembuhkan, kembali pada keadaan yang sehat, manakala kita memanjatkan do'a tersebut di saat kita sedang mengalami sakit.
Apakah kita harus berdo'a dengan lafaz do'a tersebut setiap kali meminum air zam-zam? Tidak. Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang telah kita bincang lebih awal, air zam-zam sesuai niat yang meminumnya, maka do'a yang kita baca saat meminum air zam-zam dapat menyesuaikan apa yang kita hajatkan. Saya sendiri lebih menyukai minum zam-zam dengan membaca do'a:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, keterjagaan, dan kekayaan." (Do'a dari hadis shahih riwayat Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan yang lainnya).

Selain meminumnya, kita mendapati penggunaan air zam-zam dengan cara mengusapkan ke orang sakit, ke bagian yang sakit dengan niat memohon kesembuhan kepada Allah Ta'ala. Ada juga yang menggunakannya untuk berwudhu. Tetapi sangat tidak disukai, makruh, menggunakan air zam-zam untuk mandi karena yang demikian ini termasuk sikap tidak menghargai kemuliaan zam-zam.
Lalu apa yang harus kita perhatikan agar kita benar-benar memperoleh manfaat dan meraih barakah berlimpah dari air zam-zam?

Mari kita simak nasehat Ibnul-‘Arabiy Al-Isybiliy Al-Malikiy:
وهذا موجود فيه إلى يوم القيامة لمن صحة نيته، وسلمت طويته، ولم يكن به مكذبا، ولا يشربه مجربا، فإن الله مع المتوكلين، وهو يفضح المجربين.
“(Manfaat) ini akan ada padanya hingga hari kiamat bagi siapa saja yang benar niatnya, lurus hati nuraninya tidak berdusta padanya, dab tidak pula meminumnya hanya untuk coba-coba; karena Allah bersama orang-orang yang bertawakkal, dan Allah membuka aib orang yang hanya coba-coba.”

Nah.
Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat dan barakah.

Referesnsi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar